Dalam konteks ekonomi global yang semakin terhubung, logistik memegang peran penting dalam menghubungkan produksi – distribusi – dan konsumsi. Namun, Vietnam masih menghadapi biaya logistik yang tinggi, yang menurunkan daya saing produk dan secara langsung mempengaruhi keuntungan perusahaan. Menurut laporan industri, biaya logistik di Vietnam biasanya mencapai 16–20% dari PDB, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata dunia (sekitar 10–12%). Angka ini tidak hanya menjadi tantangan bagi perusahaan ekspor–impor tetapi juga memberi tekanan pada seluruh rantai pasok.


Penyebab Utama

  1. Infrastruktur logistik belum merata: Sistem jalan raya, kereta api, jalur air, dan pelabuhan di banyak daerah belum berkembang seimbang. Beberapa jalur utama sering macet, jalan tol terbatas, dan jaringan kereta api belum dimanfaatkan secara maksimal. Kurangnya konektivitas antar moda transportasi meningkatkan biaya pengiriman dan memperpanjang waktu pengantaran.

  2. Ketergantungan berlebihan pada transportasi darat: Saat ini, lebih dari 70% pengangkutan domestik masih menggunakan jalan raya yang biayanya lebih tinggi dibanding transportasi kereta api atau jalur air. Harga bahan bakar, tarif tol, dan biaya perawatan yang terus meningkat turut mendorong kenaikan biaya logistik.

  3. Manajemen gudang dan distribusi kurang efisien: Banyak perusahaan belum berinvestasi pada gudang modern. Kekurangan teknologi manajemen gudang pintar menyebabkan tingginya stok barang, potensi kehilangan barang, dan meningkatnya biaya penyimpanan. Selain itu, lokasi gudang yang kurang strategis menyulitkan pergerakan barang.

  4. Prosedur administrasi yang rumit: Proses bea cukai dan dokumen ekspor–impor di beberapa pelabuhan dan pos perbatasan masih berbelit. Waktu penyelesaian bea cukai yang lama tidak hanya memperlambat pengiriman, tetapi juga meningkatkan biaya penahanan kontainer dan biaya sandar kapal.

  5. Penerapan teknologi masih terbatas: Meskipun solusi digital dalam logistik berkembang pesat, banyak usaha kecil dan menengah masih kekurangan modal untuk berinvestasi dalam sistem manajemen transportasi (TMS), sistem manajemen gudang (WMS), atau pemantauan GPS. Kekurangan ini menurunkan efisiensi operasional, meningkatkan tingkat kendaraan kosong, dan memperpanjang waktu pengiriman.

  6. Biaya bahan bakar dan tarif tol yang tinggi: Harga bahan bakar yang fluktuatif disertai tarif tol, biaya pelabuhan, dan biaya parkir membuat biaya transportasi darat—yang sudah mendominasi—semakin tinggi.

  7. Kekurangan tenaga kerja berkualitas: Industri logistik membutuhkan tenaga kerja yang paham manajemen rantai pasok, operasional gudang, dan pengaturan transportasi. Namun, tenaga kerja berkualitas masih terbatas dan biaya pelatihan tinggi, sehingga perusahaan sulit mengoptimalkan proses dan menekan biaya.


Rekomendasi dan Langkah Penting

  • Investasi pada infrastruktur dan gudang modern: Percepat pembangunan jalan tol, tingkatkan kapasitas pelabuhan, dan bangun gudang pintar untuk mengurangi waktu pengiriman dan stok barang.

  • Diversifikasi moda transportasi: Dorong penggunaan jalur kereta api dan transportasi air domestik, serta kembangkan transportasi multimoda untuk mengurangi ketergantungan pada transportasi darat.

  • Transformasi digital: Terapkan sistem OMS – TMS – WMS, pemantauan GPS, dan teknologi lain untuk mengoptimalkan rute transportasi, mengurangi kendaraan kosong, dan menghemat bahan bakar.

  • Sederhanakan prosedur administrasi: Lanjutkan reformasi bea cukai, terapkan e-Customs dan mekanisme Single Window untuk mempercepat proses kepabeanan.

  • Pelatihan tenaga kerja berkualitas: Tingkatkan kerja sama antara universitas dan industri untuk menyediakan tenaga kerja terampil di bidang manajemen rantai pasok dan logistik.